Sistem Kota-kota Global
Jika perkembangan kota di masa lalu dipandang sebagai
fenomena internal dalam suatu wilayah negara, maka kini dengan semakin
terintegrasinya perekonomian secara global perkembangan kota bukanlah hanya
suatu fenomena internal saja karena dinamikanya dipengaruhi faktor-faktor
global.
Globalisasi yang ditandai dengan bebasnya aliran, modal,
manusia, barang, serta informasi, pada gilirannya membawa implikasi semakin
terintegrasinya system sosio-ekonomi dan politik secara global. Castells,
sebagaimana dikutip Firman (dalam Iwan Kustiwan,2010:4.30) berpendapat bahwa
ruang tempat (space of places) telah berubah menjadi space of flows.
Globalisasi telah mengakibatkan restrukturisasi kota dan
wilayah di dunia (Knock, 1994; Sassen, 1994, dalam Firman, 2003 dalam Iwan
Kustiwan, 2010).
- Kemajuan teknologi produksi, yang selanjutnya dimanfaatkan bagi segmentasi produksi industri secara global;
- Institusi finansial dunia berkembang membentuk jejaring – networks yang sangat menopang proses segmentasi industri;
- Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat memfasiliatsi aliran modal, komoditas serta informasi. Dengan ditunjang kemajuan teknologi informasi, maka kantor-kantor pusat industri (headquarters) dapat mengendalikan operasi cabang-cabang serta anak perusahaannya.
- Lembaga internasional seperti WTO memfasilitasi bebasnya aliran tersebut.
- Sebagai akibat dari situasi dimaksud, Negara-negara berkembang menjadi terintegrasi ke dalam system perekonomian global (dunia).
- Fenomena perkembangan kota-kota global pada dasarnya merupakan perluasan konsep kota-kota dalam konstelasi wilayah yang lebih luas yang semua terbatas dalam lingkup wilayah Negara menjadi dalam lingkup dunia (global).
Globalisasi ekonomi, teknologi dan informasi
mengakibatkan perubahan dalam proses dan pola urbanisasi di Asia sejak tahun
1970an. Perubahan dan dinamika spasial, social dan ekonomi tidak terjadi pada
wilayah sekitar atau wilayah di antara dua kota metropolis tetapi terjadi juga padakota-kota
kedua (secondary urban centres) terutama yang di daerah yang mengalami
percepatan industrialisasi (Mc Gee, 1990 dalam Iwan Kustiwan, 2008).
Proses urbanisasi di pinggiran kota besar terjadi lebih
cepat dibandingkan di kota besar itu sendiri. Fenomena ini diperkenalkan dalam
konsep kotadesasi yang dikembangkan oleh
Mc Gee. Istilah KOTADESASI yang dicetuskan Mc Gee dapat diperhatikan kutipan dari paper
Nungki Meiriya, Johan Silas, Bambang Soemardiono (2010) berikut:
Urbanisasi
di Asia Tenggara juga dicirikan oleh kaburnya antara rural dan urban. Aktifitas
agrikutur dan non‐agrikultur
bertempat berdekatan dengan pusat kota, dan pembangunan fisik perkotaan yang
berkembang melebihi batas administrative kota. McGee, 2005 (dalam Firman 2008) kemudian
menyebut fenomena ini sebagai mega‐urbanisasi,
sebelumnya disebut dengan kotadesasi (sebuah frase dari bahasa Indonesia) yang
berarti sebagai proses sosial ekonomi dan integrasi fisik antara kawasan Kota
(Kota) dan kawasan perdesaan (Desa) (McGee 1991 dalam Firman 2008). Menurut Mc.Gee (1991),
kawasan antara rural dan urban tidak dikategorikan hanya berdasarkan keruangan.
Tetapi juga mempertimbangkan faktor kepadatan, permukiman, pekerjaan, sektoral
dan kategori rumah tangga.
Dalam
hipotesisnya, disebutkan bahwa pada beberapa Negara yang memiliki populasi
lebih dari 10 ribu jiwa dikatakan sebagai kawasan urban sedangkan sisanya
adalah kawasan rural.
Akan
tetapi, untuk mengetahui adanya proses urbanisasi di kawasan perkotaan menurut
Mc.Gee (1991) adalah dengan mengetahui pergeseran perkonomian yang terjadi. (1) perbandingan kontribusi antara
aktifitas pertanian dan non‐pertanian
dalam produk domestic regional, dan (2) perbandingan kontribusi tenaga kerja
yang bekerja pada sektor pertanian dan non‐pertanian
dalam produk domestik regional (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12524-Paper.pdf)
Konsep Kotadesasi tidak sama dengan konsep Megalopolis yang digagas oleh Gottman pada awal 1960-an, sebagaaimana dikutip Mc Gee sebagai berikut: The megalopolis is region dominated by the activities of central urban system. In many Asian countries , the process of Kotadesasi is somewhat different for it is occuring in many different locations often in areas adjacent to peri-urbans of the giants cities and sometimes in the form of corridor development adjacent to main roads or railways that link reasonably close, large cities. - Megalopolis adalah wilayah yang didominasi oleh sistem kegiatan pusat kota. Di banyak negara di Asia, proses Kotadesasi agak berbeda selama itu terjadi di beda tempat, sering terjadi di daerah yang berdekatan peri-urban (pinggiran kota) ......
Pertumbuhan kota yang semakin besar memunculkan desa-kota (rural-urban) yang akhirnya mewujudkan wilayah kota mega (mega cities). Menurut Mc Gee, struktur kota mega adalah terdiri dari:
- kota besar
- wilayah pinggiran
- desa-kota
- desa berkepadatan penduduk tinggi
- desa berkepadatan penduduk rendah, dan
- kota kecil
- Darah berkepadatan tinggi
- Jabodetabek, Metro Manila, dan sepanjang Metropolitan Bangkok
- Daerah berkepadatan rendah
- Klang Valley
- Daerah sekitar batas silang
- Cross border Singapura
- berkepadatan penduduk tinggi
- sebagian besar penduduk bergantung pada sektor pertanian
- mengalami transformasi kegiatan dari pertanian ke beberapa kegiatan non pertanian (perdagangan, transportasi dan industri)
- intensitas mobilitas penduduk yang tinggi dimungkinkan tersedianya transportasi yang murah
- interaksi yang tinggi antara aktivitas perdesaan dan perkotaan
- pencampuran guna lahan yang intensif antara permukiman dan aktivitas ekonomi, seperti pertanian, industri rumah tangga dan kawasan industri.
Fenomena perkembangan kota-kota global pada dasarnya
merupakan perluasan konsep kota-kota dalam konstelasi (keadaan atau bentuk) wilayah yang lebih luas yang
semula terbatas dalam lingklup wilayah negara menjadi dalam lingkup dunia
(global). Dewasa ini telah berkembang system kota-kota global yang menunjukkan
hirarki kota-kota dalam lingkup dunia, dalam hal negara-negara dimana kota
global berada dibagi menjadi negara pusat
dan negara semi-periphery.
Secara ekonomi, yang mempengaruhi perkembangan sistem kota-kota
global adalah kapitalisme global. Friedman, 1986 (dalam Kustiwan, 2010:4:33) mengidentifikasi Hirarki Kota-kota di Dunia, sebagai berikut:
Hirarki Kota-kota di Dunia
Negara Pusat
|
Negara Semi Periphery
|
||
Primer
|
Skunder
|
Primer
|
Skunder
|
EROPA
|
|||
London
|
Brussels
|
||
Paris
|
Milan
|
||
Rotterdam
|
Vienna
|
||
Frankfurt
|
Madrid
|
||
Zurich
|
|||
AMERIKA
|
|||
New
York
|
Toronto
|
Sao Paolo
|
Buenos Aires
|
Chicago
|
Miami
|
Rio de Janeiro
|
|
Los
Angeles
|
Houston
|
Caracas
|
|
San Fransisco
|
Mexico City
|
||
ASIA
|
|||
Tokyo
|
Syney
|
Singapore
|
Hongkong
|
Taipei
|
|||
Manila
|
|||
Bangkok
|
|||
Seoul
|
|||
AFRIKA
|
|||
Johannesburg
|
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Anda dapat membaca blog ini karena keywords pencarian dari google.com:
Perbedaan KOTADESASI , URBANISASI, MEGA URBAN dan MEGALOPOLIS
Megalopolis, megalopolitan?, mega-urban, mega-city, kota besar, kota megapolitan, kota megalopolitan, urbanisasi, rural-urban, pengertian urbanisasi, pengertian megalopolitan, pengertian megalopolis, pengertian metropolis, pengertian kotadesasi, kotadesasi adalah..., Extended Metropolitan Region
PERBEDAAN KOTADESASI - MC GEE VS MEGALOPOLIS - GOTTMAN
PERBEDAAN KOTADESASI - MC GEE VS MEGALOPOLIS - GOTTMAN
Tulisan ini adalah sebagai bahan tutorial Mahasiswa Universitas Terbuka. Terbuka bagi pembaca khususnya mahasiswa untuk memberikan kritik dan saran terutama tentang teknik penulisan.
EmoticonEmoticon