Filsafat Administrasi: Ciri-ciri Manusia Berfilsafat atau Berfilosofi

Manusia disebut juga sebagai Homo Sapiens, yaitu sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya, baik secara fisik maupun volume otaknya. Homo Sapiens juga diartikan sebagai makhluk yang bijaksana karena lebih maju dalam olah pikir dan menyiasati alam.

Manusia memiliki pola berpikir yang lebih kritis dibandingkan dengan mahluk lainnya, sehingga manusia dikatakan sebagai mahluk yang sempurna. Lalu bagaimanakah cara membedakan orang yang berpikir biasa dengan orang yang berpikir secara filosofi?. 

Berikut ini beberapa ciri-ciri manusia yang berpikir filosofi:
  1. Berpikir secara menyeluruh. Maksudnya pemikirannya yang luas karena tidak
    membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu - ilmu yang lainnya, hubungan ilmu dan moral, seni, serta tujuan hidup.
  2. Berpikir secara mendasar. Seorang filsuf tidak percaya begitu saja kebenaran ilmu yang diperolehnya. Ia selalu ragu dan mempertanyakannya; Mengapa ilmu dapat disebut benar?, Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan?, Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar itu sendiri apa? Seperti sebuah lingkaran dan pertanyaan-pertanyaannya pun selalu muncul secara bergantian. Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada kulitnya saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya.
  3. Berpikir secara spekulatif. Seorang fisuf melakukan spekulasi terhadap kebenaran. Sifat spekulatif itu pula seorang filsuf terus melakukan uji coba lalu menghasilkan sebuah pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan terhadap kebenaran yang dipercayainya.
  4. Berpikir secara sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses befilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu.
  5. Berpikir dengan pemikiran yang bertanggungjawab. Pertanggungjawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Seorang filsuf seolah-olah mendapat panggilan untuk membiarkan pikirannya menjelajahi kenyataan. Namun, fase berikutnya adalah bagaimana ia merumuskan pikiran-pikirannya itu agar dapat dikomunikasikan pada orang lain serta dipertanggungjawabkan.
  6. Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah logika dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut.
Berdasarkan ciri-ciri filsafat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah suatu aktivitas yang menggunakan potensi akal seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya tanpa dibatasi oleh sesuatu apapun secara radikal, tersistematis, universal dan menyeluruh serta bersifat spekulatif dan mendasar dalam mengungkap hakikat suatu kebenaran. Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian, tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai penyelesaian.
Previous
Next Post »

Tulisan ini adalah sebagai bahan tutorial Mahasiswa Universitas Terbuka. Terbuka bagi pembaca khususnya mahasiswa untuk memberikan kritik dan saran terutama tentang teknik penulisan.

EmoticonEmoticon