Cabang Filsafat: Aliran-aliran dalam Epistemologi

Ada beberapa aliran Epistemologi, diantaranya yang di bahas dalam blog ini:

[a] Empirisme

Kata empiris berasal dari kata Yunani empieriskos yang berasal dari kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.


John Locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan. Berarti, bagaimanapun kompleksitasnya (sulit) pengetahuan manusia, dia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman inderawi. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera demikianlah sebagai sumber pengetahuan yang benar.

Oleh sebab itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu kecil ketika dilihat dari jauh, sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar

[2] Rasionalisme

Secara sederhana aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal (berpikir) menangkap objek. Tokoh aliran ini adalah Descartes (1596-1650). Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastik yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian yang disebabkan oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir, maka saya ada).


Menurut aliran rasionalisme, rasio merupakan sumber dari kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal yang terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Ide terang benderang inilah pemberian tuhan kepada seorang yang dilahirkan (idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka tak mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionalisme. Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. 

Dalam filsafat aliran rasionalisme adalah bertitik tolak dari aliran empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan.

[3] Positivisme

Filosof utama aliran ini adalah August Compte (1798-1857). Ia menganut paham empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat menggunakan neraca atau timbangan misalnya kiloan. Dan dari itulah kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnaka em[irisme dan rasionalisme.

[4] Intuisionisme


Henri Bergson (1859-1941) adalah filosof tokoh aliran Intuisionisme. Dia menganggap tidak hanya indera yang terbatas. Akal juga terbatas. Pada dasarnya objek yang selalu berubah, demikian jelas Bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia mempunyai pemikiran yang berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal maka Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi

[5] Kritisme

Aliran ini muncul pada abad XVIII, yaitu suatu zaman baru dimana seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasioanalisme dengan empirisme. Seorang filosof Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya Kant mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme) tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirisme). Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampui akal. 

[6] Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh Plato pada filsafat modern.

Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah madzhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori (masa bodoh) atau deduktif dapat diperoleh dari manusia dengan akalnya


Bahan bacaan:
Achmadi Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
Hakim, M. A dan Drs. Bani Ahmad Saebani, M. Si, Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi
Bandung: Pustaka Setia, 2008
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1991
  Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009




Previous
Next Post »

Tulisan ini adalah sebagai bahan tutorial Mahasiswa Universitas Terbuka. Terbuka bagi pembaca khususnya mahasiswa untuk memberikan kritik dan saran terutama tentang teknik penulisan.

EmoticonEmoticon